Senin, 02 Juni 2008

Pagi Terlahir Kembali

Bagian III

Perjalanan setelah melewati pos II mulai melambat. Para pendaki yang sebagian besar jurnalis yang mulai menua itu sebentar-sebentar minta berhenti. Sambil memegangi pinggangnya, mereka berdiri sambil berpegangan pada batang pohon sambil mengatur nafasnya yang tersengal. Jalur pendakian sebenarnya belum terlalu berat, tetapi karena ada sebagian pendaki yang mulai melorot staminanya, sehingga diputuskan untuk sering berhenti sambil menunggu para pendaki pulih tenaganya.
Masing-masing pendaki hanya membawa tas kecil yang berisi air minum, lampu senter dan makanan kecil. Semua perlengkapan yang berat-berat seperti tenda, ransum makanan, alat masak, dan perlengkapan lainnya dibawa oleh porter lokal yang sengaja di sewa. Jumlah porter sebanyak 4 orang cukup untuk membawa perlengkapan yang dibutuhkan para pendaki yang berjumlah 21 orang. Termasuk aku dan 2 orang temanku.
Sengaja aku membawa kedua orang temanku sesama tim SAR untuk membantu menjadi Back Up Rescue pendakian ini. Aku dan kedua orang temanku memilih membawa sendiri perlengkapan yang kami bawa. Semua perlengkapan dari mulai tenda, makanan hingga peralatan rescue kami bawa sendiri. Kasihan porter tersebut kalau terlalu berat bawaannya. Apalagi kami terbiasa menjadi tim SAR yang biasa membawa perlengkapan yang berat-berat.
Seusai istirahat maghrib tadi kami meninggalkan pos II, sengaja kami memilih untuk meneruskan perjalanan malam hari karena kami ingin melihat sun rise besok pagi. Jalur cukup jelas terlihat karena bulan bersinar dengan cerah. Sebagian pendaki masih menyalakan senternya meski jalurnya cukup jelas terlihat.
Perjalanan ini di pimpin oleh temanku yang sudah 4 kali melewati jalur pendakian ini. Dia sudah hafal titik-titik mana di jalur pendakian ini yang berbahaya. Setiap akan melewati titik yang berbahaya ia selalu memberi kode kepadaku yang berada di tengah formasi. Dengan sabar kami membimbing satu-persatu untuk melalui titik-titik yang sulit dan berbahaya.
Menjelang lewat tengah malam, perjalanan telah sampai di batas vegetasi. Rombongan berhenti di pos terakhir sebelum ke puncak yang tinggal 300 meter lagi tingginya. Aku menawarkan air minum kepada Sukma yang terlihat kehausan
“ Terimakasih, Wan.” Katanya sambil menerima air minum yang kutawarkan.
Bulan bersinar dengan cerah tak terhalang pohon ataupun kabut. Sekilas wajah Sukma yang bulat telur membayang dalam keremangan cahaya bulan. Rambutnya yang ia biarkan tergerai dengan kuncir yang menjuntai membentuk bayangan yang semakin indah. Dalam hati aku mengagumi sosok cantik yang berdiri didekatku ini.
Tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang, sebentar lagi perjalanan akan sampai di puncak. Dan aku akan merasakan kembali tempat yang pernah membuatku pilu. Hatiku mulai kacau. Entah kenapa lutut ini menjadi bergetar dan seluruh sendi-sendi menjadi lemas. Aku pun terdiam lagi.
“ Sukma. Aku tidak berani sampai ke puncak. Aku berhenti disini saja.” Kataku yang langsung disambut dengan semprotan oleh Sukma. Ia tidak menerima permintaanku untuk tidak melanjutkan perjalanan. Tetapi ia tidak dapat menerimanya, meskipun aku telah menyampaikan alasannya. Sukma tetap memaksaku untuk melanjutkan perjalanan.
“ Ingat Wan !, kamu bukan hanya ditugasi untuk mewakili Papa. Tapi juga untuk menjagaku.” Ujarnya sedikit mengancam.
“ Tapi Sukma. Aku benar-benar tidak sanggup….” Pintaku dengan sangat memelas.
“ Tidak Bisa ! pokoknya harus naik. Tidak ada alasan apapun untuk berhenti. Cowok kok penakut.” Ujarnya mulai gusar.
Akhirnya aku mengalah walaupun dengan hati yang kacau dan langkah yang gontai. Kusandang kembali carier besar yang kubawa.
Sepanjang perjalanan pikiranku berkecamuk, pemandangan kota di kejauhan sana yang sangat indah tidak mampu memancing gairahku untuk menikmatinya. Aku hanya diam ketika Sukma mengajakku untuk berfoto berdua dengan latar belakang kota yang ada dibawah. Aku hanya sibuk dengan pikiranku yang berkecamuk. Entah apa yang akan kulakukan ketika melihat tempat itu lagi. Apalagi melihat namanya terpampang di tugu peringatan itu. Hhh, darahku tiba-tiba berdesir.


BERSAMBUUUNG..lAGI...

Tidak ada komentar: